Selasa, 20 Mei 2008

Pendidikan ; Ujung Tombak Kebangkitan Bangsa

Seratus tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908, berdirilah sebuah organisasi penggerak kebangkitan bangsa, Boedi Oetomo. Hari tersebut kemudian disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Waktu itu, bangkitlah suatu kesadaran tentang kesatuan kebangsaan untuk menentang kekuasaan penjajahan Belanda. Boedi Oetomo saat itu, merupakan perkumpulan kaum muda yang berpendidikan dan peduli terhadap nasib bangsa.

Memang zaman telah berubah, dulu, kini dan esok sangat berbeda, tetapi semangat dan perjuangan yang ada di dalam Hari Kebangkitan Nasional jangan sampai pudar dimakan oleh waktu. Oleh karena itu, pendidikan yang merupakan tonggak dari munculnya kebangkitan nasional perlu kita tingkatkan saat ini demi tercapainya kelanjutan kebangkitan nasional yang telah dirintis para pendahulu negeri ini.

Sekarang ini, Indonesia sedang mengalami krisis multidimensi. Khususnya krisis ekonomi yang membuat kemiskinan merajalela yang segera dihadapi bangsa ini dikarenakan terus naiknya harga BBM yang berpengaruh terhadap semua harga kebutuhan pokok. Maka dari itu sebagian orang hanya memikirkan bagai mana ia bisa makan hari ini. Ini juga berimbas pada biaya di dunia pendidikan yang kian mahal.

Sudah menjadi rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Sangat memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, belum lagi kalau masuk SD-SMP-SMA- hingga Universitas yang favorit ataupun ngak belum lagi untuk beli buku yang sekarang juga harganya melejit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan perguruan tinggi akan menghabiskan 100 juta rupiah lebih. Sekolah memang harus mahal, itulah pemikiran yang tertanam di dalam benak sebagian orang, benarkah demikian? Mungkin saja.

Kebangkitan nasioal memang memang berawal dari aspek pendidikan. Pendidikan merupakan awal dari unjung tonggak perjuangan bangsa ini menuju kemajuan peradaban. Tanpa pendidikan yang baik, tata aturan dan etika kehidupan akan kacau, krisis moral akan merebak yang akhir-akhir ini kian marak seperti pencabulan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya serta banyaknya berita mengenai “tertangkap basahnya” seorang guru dengan selingkuhannya hingga merebaknya kasus korupsi di lembaga pendidikan itu sendiri. Sebagai negara berkembang sangat penting untuk memberi perhatian lebih besar pada bidang pendidikan yang sekarang jauh tertinggal dari negara-negara lain. Dengan meningkatkan bidang pendidikanlah, perkembangan pada bidang kehidupan yang lainnya akan tecapai sehingga kebangkitan nasional dapat berjalan lebih cepat.

Untuk mewujudkan itu, maka sangat diperlukan pendidikan yang baik serta perhatian dan bantuan dari semua pihak. Selain sistem yang baik, sarana dan prasarana yang memadai lembaga pendidikanpun sangat membantu peningkatan mutu pendidikan yang diperoleh calon pemimpin bangsa itu sendiri.

Di indonesia, jangankan memiliki sarana dan prasarana lengkap, sekolah yang terbuat dari betonpun sudah cukup. Mengingat di daerah indonesia khususnya di Banjarmasin, banyak sekolah yang reot dan hampir roboh. Adapula sekolah yang terbuat dari beton tetapi perlengkapan untuk buku, sarana lainnya hingga TI- pun seperti ruang internet sulit untuk didapat kecuali hanya disekolah-sekolah favorit yang memilikinya itupun dengan biaya sekolah yang mahal pula.

Di Banjarmasin, perguruan tingginya pun sulit untuk mendapatkan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan. Sebut saja FKIP Unlam Banjarmasin, tempat saya menimba ilmu. Jagankan mendapatkan ruangan “yang nyaman” untuk kuliah, sarana kesehatan seperti lapangan olahraga pun tak punya. Dan lebih parah dari itu, hotspotnya sering mati, padahal itu sangat penting untuk mahasiswa mencari data. Memang jika mencari kekurangan dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya Banjarmasin sangat lah banyak sekali. Tetapi apa salahnya jika kekurangan itu satu persatu dikurangi dengan mengatasi permasalahannya. Jika tidak ada lapangan olahraga, maka dirikanlah lapangan olahraga, jika kotor maka dibersihkan. Mengatasi masalah langsung pada sumber masalahnya merupakan cara terampuh dalam mengatasi semua kendala dalam dunia pendidikan, mungkin 5 atau 10 tahun mendatang dunia pendidikan di Banjarmasin sudah benar-benar berkualitas dan tidak canggung dalam penguasaan teknologi. Pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana sedangkan siswanya belajar dengan giat, memanfaatkan dan menjaga fasilitas yang disediakan. Dulu kebangkitan bangsa dipelopori oleh kaum terdidik. Sekarang apa salahnya jika para “pemilik modal” yang mengeruk SDA di Kalsel turut menyumbangkannya sedikit hartanya untuk dana pendidikan.

Selain sarana dan prasarana, kualitas guru juga harus diperhatikan disini. Kita harus bercermin dari Negara Jepang tepatny ketika dilanda bencana besar karena dibom atom oleh tentara sekutu sampai luluh lantah, Sang kaisar Jepang dengan penuh kekhawatiran langsung bertanya kepada pusat informasi. Tahukah anda apa yang dia tanyakan? Kaisar Hirohito bukan menanyakan berapa jumlah tentara, tank, pesawat tempur, kapal perang yang ada atau berapa kerugian negara jepang pada saat itu. Tapi yang ia tanyakan adalah “berapa jumlah guru yang masih hidup?” Luar biasa! Begitu pahamnya ia akan fungsi guru dalam pendidikan untuk membangun suatu negara yang maju. Dia tidak khawatir Jepang akan hancur selamanya, karena guru masih banyak yang hidup. Memang tidaklah aneh, hanya dalam waktu yang singkat, Jepang sudah kembali seperti semula sebagai negara maju, berkat memaksimalkan fungsi guru.

Memang, kualitas pendidikan menjamin kemajuan suatu negara di dunia ini. Pendidikan sangat berpengaruh besar dalam setiap sendi-sendi kehidupan, maka dari itu semua, kitasebagai generasi penerus bangsa harus berjuang guna pendidikan yang lebih maju. Jaganlah kita hanya terlena akan apa yang kita dapatkan di lembaga pendidikan yang kita emban saat ini, tetapi bagaimana kita dapat memperjuangkan kelanjutan kebangiktan bangsa yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita melalui berbagai cara khususnya dalam meningkatan mutu pendidikan kita saat ini yang berbasis teknologi dan informasi. Kita memiliki SDA yang melimpah tetapi kalah dengan negra yang tidak memiliki SDA seperti singapura. Maka dari itu manfaatkan lah SDA yang kita miliki untuk memajukan pendidikan dan jangan sampai SDA yang kita miliki dikeruk oleh beberapa oknum untuk memperkaya dirinya sendiri tanpa memperdulikan akibat yang patal. SDA memang penting tapi kualitas SDM itu jauh-jauh lebih penting. Dan Singapura telah membuktikannya. Bagaimana dengan Negara kita????

Pengemis di FKIP Unlam

Pernah dengar Pengemis masuk kampus ??????? Kampus FKIP Unlam lah tempatnya. Di sini para pengemis dapat masuk dan keluar semau mereka. Ini semakin menguatkan citra FKIP sebagai kampusnya masyarakat yang berasal dari lapisan menengah ke bawah. Hehe…
Mereka di kampus ini bukan untuk kuliah tetapi hanya untuk meminta sedikit rezeki yang dipunyai oleh mahasiswa FKIP serta penghuni lainnya dan para “pengunjung” yang dilihatnya. Keberadaan para pengemis ini makin membuat kampus FKIP semakin kumuh. Selian para pengemis, para pemulung “kecil” pun turut memperkumuh kondisi FKIP yang memang tidak tertata rapi.

Para pengemis ini, biasanya mencari rezeki pada hari-hari tertentu. Hari Jumat adalah hari dimana banyak pengemis dapat dijumpai di kampus FKIP. Hari jumat ini pula merupakan hari keberuntungan mereka karena pada hari jumat ini banyak mahasiswa penyetaraan yang kuliah kerena seperti yang sering saya liat biasanya mereka memberi “uang kecil”. Dengan bermodalkan kertas “pelapang dada” mereka mampu menarik belas kasihan dari orang lain. Para pengemis di FKIP biasanya adalah kakek tua, ibu-ibu serta anak kecil yang membawa buku sumbangan.
Padahal dalam peraturan yang tertera dalam kampus FKIP siapa saja yang masuk ke ruang lingkup kampus tidak diperbolehkan memakai sandal jepit dan kaos oblong. Tapi dalam prakteknya peraturan ini tidak dindahkan sebagaimana mestinya oleh para pengemis tersebut. Pihak keamanan kampus seakan cuek saja terhadap Fenomena ini entah apa mereka merasa kasihan atau hal ini merupakan bagian dari “Bisnis” mereka juga?
Di lain pihak keberadaan para pengemis ini juga berdampak positif lo! Karena dengan adanya para pengemis ini, para mahasiswa dan penghuni FKIP dapat memberi/menderma sebagian uang yang dimilikinya karena apa yang kita miliki kan hanya titipan dari Allah????? Betul ga?. Selain itu dengan adanya pengemis membuat kita sadar betapa beruntungnya kita dapat hidup enak tanpa meminta belas kasihan dari orang lain seperti mereka.