Rabu, 02 Juli 2008

Jika berunjung ke kota Banjarmasin, kota yang dikenal sebagai kota seribu sungai ini jangan sampai terlewatkan ke pasar Terapung pasar yang telah telah mendunia. Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang ada di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang berada di atas sungai Barito di Muara sungai kuin. kenapa disebut terapung????? yah mungkin kalian sudah tahu sendiri... Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung sebagai alat transportasi. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar terapung. Ketika matahari mulai muncul berangsur-angsur pasar pun mulai menyepi, sang pedagang pun mulai beranjak meninggalkan pasar terapung membawa hasil yang diperoleh dengan kepuasan. Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombangsungai Barito. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka. jika ke pasar terapung, jangan lupa mencicipi soto banjar di jukung "tatamba lapar".

Kamis, 26 Juni 2008

Mahasiswa menulis (komentar)

memang, sejak belajar menulis dengan menulis kita akan terbiasa mengungkapkan pikiran dengan tulisan tanpa memperdulikan komentar orang tentang tulisan kita. mengingat kata bapak, menulis tidak perlu membawa perasaan, dan tidak perlu bertanya dan belajar tetapi hanya memahami dan mengungkapkan apa yang kita lihat dan kita rasa sesuai kondisi yang ada adalah cara yang paling mudah dalam membuat sebuah tulisan bagi saya sebagai pemula. Saya bingung mo koment apa lagi masalahnya alasan saja lah yang menghambat kita untuk melakukan sesuatu termasuk menulis. Seperti saya,, Hehehe……

Selasa, 20 Mei 2008

Pendidikan ; Ujung Tombak Kebangkitan Bangsa

Seratus tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908, berdirilah sebuah organisasi penggerak kebangkitan bangsa, Boedi Oetomo. Hari tersebut kemudian disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Waktu itu, bangkitlah suatu kesadaran tentang kesatuan kebangsaan untuk menentang kekuasaan penjajahan Belanda. Boedi Oetomo saat itu, merupakan perkumpulan kaum muda yang berpendidikan dan peduli terhadap nasib bangsa.

Memang zaman telah berubah, dulu, kini dan esok sangat berbeda, tetapi semangat dan perjuangan yang ada di dalam Hari Kebangkitan Nasional jangan sampai pudar dimakan oleh waktu. Oleh karena itu, pendidikan yang merupakan tonggak dari munculnya kebangkitan nasional perlu kita tingkatkan saat ini demi tercapainya kelanjutan kebangkitan nasional yang telah dirintis para pendahulu negeri ini.

Sekarang ini, Indonesia sedang mengalami krisis multidimensi. Khususnya krisis ekonomi yang membuat kemiskinan merajalela yang segera dihadapi bangsa ini dikarenakan terus naiknya harga BBM yang berpengaruh terhadap semua harga kebutuhan pokok. Maka dari itu sebagian orang hanya memikirkan bagai mana ia bisa makan hari ini. Ini juga berimbas pada biaya di dunia pendidikan yang kian mahal.

Sudah menjadi rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Sangat memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, belum lagi kalau masuk SD-SMP-SMA- hingga Universitas yang favorit ataupun ngak belum lagi untuk beli buku yang sekarang juga harganya melejit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan perguruan tinggi akan menghabiskan 100 juta rupiah lebih. Sekolah memang harus mahal, itulah pemikiran yang tertanam di dalam benak sebagian orang, benarkah demikian? Mungkin saja.

Kebangkitan nasioal memang memang berawal dari aspek pendidikan. Pendidikan merupakan awal dari unjung tonggak perjuangan bangsa ini menuju kemajuan peradaban. Tanpa pendidikan yang baik, tata aturan dan etika kehidupan akan kacau, krisis moral akan merebak yang akhir-akhir ini kian marak seperti pencabulan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya serta banyaknya berita mengenai “tertangkap basahnya” seorang guru dengan selingkuhannya hingga merebaknya kasus korupsi di lembaga pendidikan itu sendiri. Sebagai negara berkembang sangat penting untuk memberi perhatian lebih besar pada bidang pendidikan yang sekarang jauh tertinggal dari negara-negara lain. Dengan meningkatkan bidang pendidikanlah, perkembangan pada bidang kehidupan yang lainnya akan tecapai sehingga kebangkitan nasional dapat berjalan lebih cepat.

Untuk mewujudkan itu, maka sangat diperlukan pendidikan yang baik serta perhatian dan bantuan dari semua pihak. Selain sistem yang baik, sarana dan prasarana yang memadai lembaga pendidikanpun sangat membantu peningkatan mutu pendidikan yang diperoleh calon pemimpin bangsa itu sendiri.

Di indonesia, jangankan memiliki sarana dan prasarana lengkap, sekolah yang terbuat dari betonpun sudah cukup. Mengingat di daerah indonesia khususnya di Banjarmasin, banyak sekolah yang reot dan hampir roboh. Adapula sekolah yang terbuat dari beton tetapi perlengkapan untuk buku, sarana lainnya hingga TI- pun seperti ruang internet sulit untuk didapat kecuali hanya disekolah-sekolah favorit yang memilikinya itupun dengan biaya sekolah yang mahal pula.

Di Banjarmasin, perguruan tingginya pun sulit untuk mendapatkan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan. Sebut saja FKIP Unlam Banjarmasin, tempat saya menimba ilmu. Jagankan mendapatkan ruangan “yang nyaman” untuk kuliah, sarana kesehatan seperti lapangan olahraga pun tak punya. Dan lebih parah dari itu, hotspotnya sering mati, padahal itu sangat penting untuk mahasiswa mencari data. Memang jika mencari kekurangan dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya Banjarmasin sangat lah banyak sekali. Tetapi apa salahnya jika kekurangan itu satu persatu dikurangi dengan mengatasi permasalahannya. Jika tidak ada lapangan olahraga, maka dirikanlah lapangan olahraga, jika kotor maka dibersihkan. Mengatasi masalah langsung pada sumber masalahnya merupakan cara terampuh dalam mengatasi semua kendala dalam dunia pendidikan, mungkin 5 atau 10 tahun mendatang dunia pendidikan di Banjarmasin sudah benar-benar berkualitas dan tidak canggung dalam penguasaan teknologi. Pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana sedangkan siswanya belajar dengan giat, memanfaatkan dan menjaga fasilitas yang disediakan. Dulu kebangkitan bangsa dipelopori oleh kaum terdidik. Sekarang apa salahnya jika para “pemilik modal” yang mengeruk SDA di Kalsel turut menyumbangkannya sedikit hartanya untuk dana pendidikan.

Selain sarana dan prasarana, kualitas guru juga harus diperhatikan disini. Kita harus bercermin dari Negara Jepang tepatny ketika dilanda bencana besar karena dibom atom oleh tentara sekutu sampai luluh lantah, Sang kaisar Jepang dengan penuh kekhawatiran langsung bertanya kepada pusat informasi. Tahukah anda apa yang dia tanyakan? Kaisar Hirohito bukan menanyakan berapa jumlah tentara, tank, pesawat tempur, kapal perang yang ada atau berapa kerugian negara jepang pada saat itu. Tapi yang ia tanyakan adalah “berapa jumlah guru yang masih hidup?” Luar biasa! Begitu pahamnya ia akan fungsi guru dalam pendidikan untuk membangun suatu negara yang maju. Dia tidak khawatir Jepang akan hancur selamanya, karena guru masih banyak yang hidup. Memang tidaklah aneh, hanya dalam waktu yang singkat, Jepang sudah kembali seperti semula sebagai negara maju, berkat memaksimalkan fungsi guru.

Memang, kualitas pendidikan menjamin kemajuan suatu negara di dunia ini. Pendidikan sangat berpengaruh besar dalam setiap sendi-sendi kehidupan, maka dari itu semua, kitasebagai generasi penerus bangsa harus berjuang guna pendidikan yang lebih maju. Jaganlah kita hanya terlena akan apa yang kita dapatkan di lembaga pendidikan yang kita emban saat ini, tetapi bagaimana kita dapat memperjuangkan kelanjutan kebangiktan bangsa yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita melalui berbagai cara khususnya dalam meningkatan mutu pendidikan kita saat ini yang berbasis teknologi dan informasi. Kita memiliki SDA yang melimpah tetapi kalah dengan negra yang tidak memiliki SDA seperti singapura. Maka dari itu manfaatkan lah SDA yang kita miliki untuk memajukan pendidikan dan jangan sampai SDA yang kita miliki dikeruk oleh beberapa oknum untuk memperkaya dirinya sendiri tanpa memperdulikan akibat yang patal. SDA memang penting tapi kualitas SDM itu jauh-jauh lebih penting. Dan Singapura telah membuktikannya. Bagaimana dengan Negara kita????

Pengemis di FKIP Unlam

Pernah dengar Pengemis masuk kampus ??????? Kampus FKIP Unlam lah tempatnya. Di sini para pengemis dapat masuk dan keluar semau mereka. Ini semakin menguatkan citra FKIP sebagai kampusnya masyarakat yang berasal dari lapisan menengah ke bawah. Hehe…
Mereka di kampus ini bukan untuk kuliah tetapi hanya untuk meminta sedikit rezeki yang dipunyai oleh mahasiswa FKIP serta penghuni lainnya dan para “pengunjung” yang dilihatnya. Keberadaan para pengemis ini makin membuat kampus FKIP semakin kumuh. Selian para pengemis, para pemulung “kecil” pun turut memperkumuh kondisi FKIP yang memang tidak tertata rapi.

Para pengemis ini, biasanya mencari rezeki pada hari-hari tertentu. Hari Jumat adalah hari dimana banyak pengemis dapat dijumpai di kampus FKIP. Hari jumat ini pula merupakan hari keberuntungan mereka karena pada hari jumat ini banyak mahasiswa penyetaraan yang kuliah kerena seperti yang sering saya liat biasanya mereka memberi “uang kecil”. Dengan bermodalkan kertas “pelapang dada” mereka mampu menarik belas kasihan dari orang lain. Para pengemis di FKIP biasanya adalah kakek tua, ibu-ibu serta anak kecil yang membawa buku sumbangan.
Padahal dalam peraturan yang tertera dalam kampus FKIP siapa saja yang masuk ke ruang lingkup kampus tidak diperbolehkan memakai sandal jepit dan kaos oblong. Tapi dalam prakteknya peraturan ini tidak dindahkan sebagaimana mestinya oleh para pengemis tersebut. Pihak keamanan kampus seakan cuek saja terhadap Fenomena ini entah apa mereka merasa kasihan atau hal ini merupakan bagian dari “Bisnis” mereka juga?
Di lain pihak keberadaan para pengemis ini juga berdampak positif lo! Karena dengan adanya para pengemis ini, para mahasiswa dan penghuni FKIP dapat memberi/menderma sebagian uang yang dimilikinya karena apa yang kita miliki kan hanya titipan dari Allah????? Betul ga?. Selain itu dengan adanya pengemis membuat kita sadar betapa beruntungnya kita dapat hidup enak tanpa meminta belas kasihan dari orang lain seperti mereka.

Rabu, 09 April 2008

Komentar MK Antropologi : Asimilasi

  1. Memang betul, proses asimilasi tanpa adanya kontak sosial tidak akan terwujud. Adanya toleransi terhadap banyak manusia dengan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri dalam komunikasi juga dapat mempercepat proses asimilasi. Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang didukung oleh sebagian masyarakat lain, dimana masing - masing mengakui kelemahan dan kelebihan masing - masing akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan tersebut. Apabila ada prasangka, maka itu akan jadi penghambat berlangsungnya proses asimilasi. Dengan kata lain, tidak akan ada asimilasi yang terjadi bersifat pasif. Perkawinan Campuran antar kebudayaan juga salah satu faktor pendukung asimilasi walaupun memerlukan waktu yang lain.

Komentar MK Antropologi : Inovasi

Apr 9th, 2008 at 7:24 pm

Mengutip pernyataan bapak diatas, dapat saya simpulkan bahwa Inovasi adalah suatu proses perubahan secara terus menerus dalam suatu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tertentu dalam unsur ekonomi dan tekhnloginya. Inovasi sendiri mencakup ide, gagasan, maupun alat yang digunakan atau dihasilkan oleh seseorang dalam suatu kelompok kebudayaan tertentu. Inovasi biasanya melalui proses yang amat panjang yang melalui proses discovery (suatu penemuan baik ide,gagasan, maupun alat) dan kemudian menjadi invention jika hasil discovery tersebut diakui, diterima, serta diterapkan oleh masyarakat disekitarnya, maupun masyarakat luas. Suatu inovasi biasanya lahir dikarenakan adanya rangsangan – rangsangan yang timbul dari masyarakat atas suatu hasil kebudayaan yang dimilikinya. Rangsangan itu diantaranya keinginan yang lebih terhadap suatu manfaat dan kegunaan suatu kebudayaan yang sudah ada. Keinginan itulah yang menyebabkan seseorang dari kelompok masyarakat tersebut untuk memperbaiki hasil yang sudah ada sehingga menemukan penemuan yang baru.

Rabu, 02 April 2008

Komentar MK Antropologi : Akulturasi

Apr 2nd, 2008 at 7:37 pm

Assalamualaikum Wr Wb
Proses akulturasi dapat dengan mudah terjadi di suatu daerah karena adanya interaksi sosial yang baik antara si pembawa kebudayaan dan si pendukung kebudayaan. Namun, jika proses akulturasi tersebut terjadi di suatu daerah yang memegang teguh terhadap ideology ataupun kepercayaan dengan amat sangat fanatiknya, maka unsur kebudayaan tidak dapat diterima disana karena di anggap tidak sesuai bahkan bertentang dengan kepercayaannya. Proses akulturasi dapat terwujud jika kebudayaan itu di anggap bermanfaat bagi masyarakat pendukung (si penerima) kebudayaan tersebut dan sesuai dengan kebudayaan yang telah mereka miliki. Sebut saja masyarakat badui dalam. Kebudayaan luar sulit untuk masuk ke daerah mereka, karena mereka telah memiliki suatu kebudayaan dan terus diwariskan pada generasi mereka karena dianggap bermanfaat untuk kehidupan mereka.
Dari sini dapat saya simpulkan bahwa akulturasi adalah perpaduan dua unsur kebudayaan atau lebih menjadi kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli melalui waktu yang cukup lama.

Senin, 17 Maret 2008

Komentar Jahiliyah

Feb 19th, 2008 at 9:04 pm
Dewasa ini, masyarakat indonesia banyak memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pribadi masing-masing. penggunaan teknologi yang canggih seperti laptop merupakan pertanda masyarakat modern. tapi jauh dari itu banyak masyarakat indonesia yang gaptek akan kecanggihan teknologi dikarenakan masalah finansialnya. merujuk dari pernyataan bapak tersebut, memang sangat menyedihkan kalau dizaman yang serba modern ini ternyata di antara kita masih ada yang terjerat dalam zaman pra-sejarah yang membelenggu masyarakat kita. kuranganya akan pemahaman makna belajar merupakan salah satu penyebab dari sekian banyak penyebab. hal ini dikarenakan otak manusia Indonesia “terkontaminasi” akan pengertian belajar yaitu sesungguhnya belajar adalah kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat Formal, padahal sesungguhnya belajar disekolah ataupun di kampuz yang kebanyakan hanya mendengar ceramah guru atau dosen membuat kita ngantuk. padahal di luar sana juga banyak cara untuk belajar termasuk dengan “membaca” walaupun tidak pandai menulis. selain dari pada itu pikiran masyarakat indonesia adalah untuk dapat mempertahankan hidup dan bagaimana caranya agar dapat makan hari ini.Maka dari itu, perlu bantuan dari semua pihak yang berkepentingan untuk “memasyarakatkan” masyarakat yang gemar akan membaca dan menulis. diharapkan juga pemerintah kedepannya lebih memperhatikaan dan mengutamakan dunia pendidikan seperti dengan memperbanyak sekolah-sekolah gratis dan memperbanyak perpustakaan keliling di setiap pelosok negeri. Di samping itu pemerintah juga harus memperhatikan kualitas dari guru-guru baik SDMnya maupun Aspek kesejahteraannyav Agar cita-cita luhur bangsa indonesia bisa tercapai dan bangsa Indonesia kedepannya menjadi salah satu bangsa yang maju di segala aspek kehidupannya. Amiiiiiiiiiiiiieeeennnnnnnnnn.

Komentar MK Antropologi : Penyebaran (unsur-unsur) Kebudayaan


Dalam jaman serba praktis sekarang ini, penyebaran kebudayaan dari satu tempat ketempat yang lain sangat cepat sekali. Bahkan tanpa adanya kontak langsung antara individu, karena penyebaran kebudayaan disebarkan melalui media elektronik yang serba canggih.Terlepas dari positif negatifnya dampak penyebaran unsur – unsur kebudayaan tergantung bagaimana yang dapat kita “adopsi” sebagai kebudayaan yang akan kita anut sesuai dengan kemampuan otak kita dan kepribadian kita. Filterisasi sangat diperlukan dalam penerimaan unsur – unsur kebudayaan yang masuk dalam masyarakat maupun dalam diri kita.

Komentar MK Antropologi : Kepribadiaan

Manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna di antara makhluk yang lain karena sejak lahir telah dikarunia oleh sang pencipta dengan akal untuk berpikir. Pola berpikir itulah nantinya yang akan membawa manusia pada pembentukan kepribadian yang berbeda-beda yang saling melengkapi. Jika tindakan manusia lebih mengedepankan emosi dan nafsu yang berlebihan tanpa adanya control maka manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Kepribadian yang dihasilkan tergantung pada pola pikir yang telah tertanam di otak manusia. Pola pikir yang positif akan menghantarkan manusia untuk memiliki kepribadian sebagai “manusia seutuhnya” karena baik buruknya suatu kepribadiaan seseorang itu tergantung dari pribadi masing-masing yang akan membentuknya.

Komentar MK Antropologi ( Bangsa Pelaut Bangsa Saudagar)

Feb 27th, 2008 at 8:25 pm

Memang, kemajuan Ilmu Pengetahuan sangat dimanfaatkan “sebaik-baiknya” oleh masyarakat/bangsa Eropa untuk mendidik masyarakat luar Eropa. begitu pula khususnya dengan perkembangan Antropologi, dengan mempelajarinya lebih dalam maka bangsa Eropa dapat memanfaatkannya sebagai “jalan” untuk mengeksploitasi wilayah yang mereka inginkan. melalui ilmu Antropologi pula bangsa eropa dengan mudah mempelajari kelemahan-kelemahan yang dimiliki “mangsanya” agar mudah untuk mereka “bina” sesuai dengan apa yang mereka harapkan. seandainya sejak zaman dulu, ilmu Antropologi dipelajari dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya maka akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perkembangan manusia yang “dibina” masyarakat eropa tersebut.
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat secara menyeluruh baik dari sudut sosial maupun budayanya. Antropologi juga dapat digunakan sebagai wadah untuk menyelesaikan masalah kelompok sosial/etnis yang sedang berselisih melalui kajian sosial dan budayanya. Antropologi mencoba menjelaskan adanya perbedaan dari segi sosial dan budaya di dunia,tetapi yang terpenting dalam antropologi adalah memahami persamaan antara sistem sosial yang bermacam-macam jenisnya itu dalam konteks hubungan kemanusiaannya.

Komentar MK Antropologi : Belajar Kebudayaan


Dalam bermasyarakat, kita sadar atau tidak terikat pada kebudayaan yang telah “diwariskan” kepada kita melalui proses belajar kebudayaan yang telah diaplikasikan oleh masyarakat dan kita sendiri. Proses belajar kebudayaan sendiri sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa sebagai identitas bangsa yang berbudaya. Di dalam proses belajar kebudayaan diharapkan pola pikir manusia semakin terbentuk kearah yang lebih maju. Peran keluarga sangat diharapkan dalam membentuk generasi yang memiliki kreativitas yang tinggi agar kebudayaan semakin berkembang dan dapat menciptakan kepribdian bangsa yang mempunyai wawasan luas. jika kita ingin mengubah suatu kebudayaan yang telah merekat erat dalam diri kita itu memang sulit, tapi jika kebudayaan itu tidak berdampak positif bagi diri dan masyarakat yang “memilikinya” apa salahnya kita mengubah suatu kebudayaan itu. kebudayaan akan berubah jika kita mampu mengubah pola pikir kita lebih positif agar hasil yang diinginkan juga berdampak positif..

Komentar MK Antropologi ( Budaya Korupsi)

Korupsi di era serba praktis sekarang ini sudah menjadi budaya yang mendarah daging di hampir seluruh kalangan masyarakat Indonesia. dalam kepraktis-an itulah, memberikan peluang besar masuknya “Virus korup” dalam jiwa masyarakat. bukan hanya masalah uang saja yang dapat di korupsi, waktu pun dapat dengan mudah bisa dikorupsi apalagi para petinggi ataupun pejabat pemerintah yang seharusnya menjadi wadah dari segala aspirasi rakyatnya malah menyalah gunakan wewenang yang telah di percayakan kepada mereka. hal ini sudah tentu menjadi rahasia umum, siapa sih yang tidak ingin punya uang yang menggelembung di dompet tanpa kerja keras? itu semua dapat diperoleh melalui bekal tampuk kekuasaan mereka, maka pundi-pundi kekayaan yang berasal dari “uangnya rakyat” bisa datang melimpah pada mereka dengan jalan yang tidak halal. di Negara tercinta kita ini, korupsi telah menjadi suatu budaya yang tidak dapat dipisahkan dengan namanya KEKUASAAN.
korupsi juga disebabkan karena individu masyarakat itu sendiri tidak pernah puas akan apa yang telah ia peroleh. hal ini dikarenan mental orang indonesia belum di perbaiki. Mulai dari atasan sampai bawahan hanya mau memikirkan diri mereka sendiri dan bagaimana caranya mendapatkan lebih dari apa yang telah mereka miliki. padahal pemerintah telah membentuk suatu badan pemberantasan korupsi tapi itu tidak memberikan kontribusi besar dalam “pemutusan hubungan” masyarakat serta pejabat kita dengan yang namanya budaya korupsi itu tadi karena korupsi sudah dianggap bagian dari hidup masyarakat indonesia. salah satu sebab gagalnya pemberantasan korupsi adalah kurangnya fungsi pengawasan sesama masyarakat akibat ketidakpedulian sosial.
menurut saya, masalah korupsi di negri ini dapat dikurangi melalui kerjasama institusi dalam operasionalnya manjalankan suatu sistem dengan jujur dan mempunyai niat yang tulus agar mampu melepaskan diri dari “penyakit korupsi” sekecil apapun itu. semoga diri kita terlepas dari praktek-praktek korup yang telah mewabah di negeri ini. marilah kita tingkatkan IMTAK kita agar lebih mudah memerangi korup dimulai dari diri kita sendiri. MARI KITA BERANTAS KORUPSI DAN TINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL!!!!!!!!!!!!!
HIDUP MAHASISWA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!